About

Rabu, 29 Juni 2011


LAKI-LAKI DIUJUNG KORIDOR

Disajikan dalam Lomba Menulis Cerpen Remaja (LMRC) 2010
LIP ICE-SELSUN GOLDEN AWARD

Ditulis oleh

AHMAD JAYA AFANDI



MADRASAH  ALIYAH MATHOLI’UL ANWAR
Jalan Raya Simo Sungelebak Karanggeneng Lamongan
2010

Sinopsis

Cerpen “LAKI-LAKI DI UJUNG KORIDOR” ini menceritakan tentang seseorang yang menerima kegagalan cinta yang pertama, yakni seorang perempuan yang duduk dibangku kuliah, dalam cerita ini, perempuan itu dibuat risau dan resah oleh seseorang laki-laki yang ditemui diujung koridor universitasnya.
Perempuan ini memiliki pacar yang meninggalkannya dan berpaling kepada perempuan lain. Dan sejak saat itu dia bertemu dengan seorang yang dinamai peneror yang memberi nilai positif pada dirinya.
Tapi permpuan itu merasa tidak nyaman dengan kehadiran peneror yang dia temui diujung koridor yang ternyata laki-laki itu adalah mantan pacar yang digandeng oleh mantan pacar perempuan itu. Beberapa hari setelah perempuan itu tahu, dia tidak pernah melihat lagi sesosok peneror itu, peneror itu telah mati karena melompat dari gedung lima diujung koridor universitas. Oleh karena itu cerpen ini saya beri judul  “LAKI-LAKI DI UJUNG KORIDOR”.











i


LAKI-LAKI DIUJUNG KORIDOR

Mataku tiba-tiba saja basah. Ada air asin yang jatuh membasahi pipiku. Iyah, aku menangis, tapi untuk apa aku menangis ?  Apakah hanya aku melihat laki-laki yang kusebut sebagai pacar itu berjalan mesra dengan seorang perempuan yang bukan aku …? Tolol sekali rasanya kalau aku menjawab iya.
Kuhapus air mataku dan kembali bangun dari perasaan terjatuh ini.mataku terbelalak dan terbuka lebar ketika melihat arah jarum jam tepat pukul 07:00 pagi hari. Aku harus berangkat kuliah, jangan hanya karna urusan cinta semua terabaikan, kata-kata bijak ini indah bukan ? Dan pandai sekali rasanya kalau aku menjawab iya.
Apapun itu cinta tetap cinta, cinta itu indah seperti bunga-bunga yang mekar ditaman, tapi kalau benar cinta itu indah kenapa  tadi aku  menangis ? Bukankah indah itu menyenangkan dan menggembirakan ? Atau apakah ini yang disebut sakit dalam bercinta ? Sehingga aku pun menangis karna merasa tersakiti oleh cinta . Kenapa cinta ini menyakitiku ? Apakah ada seseorang disana yang bisa menjawabku ?
Aku tidak bisa fokus dalam mata kuliah ku pagi ini . Pikiranku sibuk dengan masalah cinta yang membelenggu. Kuamati jam dinding yang terasa waktu lamban sekali berlalu. Tidak tahan rasanya dengan perasaan ini. Ingin segerah menemui Brian, pacarku dan meminta penjelasan darinya. Tapi apa itu masih perlu ? Hubunganku dengannya sudah tidak seperti orang berpacaran lagi, tidak ada komunikasi lagi antara kami, bahkan kemarin entah sengaja atau tidak aku melihat Brian melambaikan tangannya padaku sewaktu ia berjalan mesra dengan seorang perempuan. Apa maksudnya ya ? kupikir sengaja !
Kuliah sudah usai, kurasa ini saatnya menemui Brian, laki-laki yang sudah merasa sok menyakitiku itu. Aku bergegas menuju kelasnya. Fakultas kami memang berbeda tapi sekampus. Dalam kelasnya tidak ada, kemana laki-laki berengsek itu ? Aku masih mencarinya hingga mataku menangkap sesosok Brian dengan seseorang perempuan  yang kurasa perempuan itu adalah perempuan kemarin yang bersamanya, ya… tidak salah lagi.
Mereka memang mesra. Aku melihat Brian menggandeng perempuan itu menuju kantin kecil dikampus. Sejujurnya hatiku sangat sakit melihatnya.
“ Brian …” panggil ku dari belakang. Iyah menoleh sebelum menjawabku.
Ada apa …?” .sahutnya santai . aku tidak tahu bagaimana meminta penjelasan karna sikapnya benar-benar sudah tidak menganggapku sebagai seorang pacar lagi. Tapi aku masih mencoba membuang anggapan bahwa aku bukanlah seorang pacar yang tak dianggap. Aku adalah pacarnya,  sejak setahun lalu kami berpacaran.
“ Siapa perempuan itu ? Apa kau sudah tidak menyayangiku lagi ? Aku ingin kau mengatakan yang sejujurnya !” kataku.
“ Sejujurnya aku memang sudah tidak menyayangimu lagi. Sudah lama kusimpan perasaan ini.” katanya.
Selesai ia bicara, aku langsung berlari berlalu darinya. Aku tak kuasa menahan rasa sakit dan hancur hatiku.  Diujung koridor didekat  ruang laboratorium ini , aku tersudut dan menangis tesedu-sedu, aku seperti orang yang sedang  menunggu mati. Tak tahu kenapa meskipun aku merasa biasa-biasa saja, tapi air mata ini harus tetap ku hamburkan. Sekedar menelan rasa sakit pada hati yang ditinggal penghuni.
Aku ingat, setahun yang lalu aku berkenalan dengan seorang laki-laki , saat pertama masuk kuliah. Kau laki-laki dengan sejuta aksi hingga menebar reaksi pada diriku yang kau jahili.
“Namaku Brian…”
Kata pertama yang kau tuturkan padaku. Kau ingat itu Brian ? Hingga aku pun menyebutkan namaku. Meskipun pada awalnya kita kenal karena kau begitu banyak tingkah, banyak aksi ketika berhadapan dengan ku. Dan seingatku kau yang menaruh kunyahan permen karet dikursi duduk ku. Dengan seringan kata maaf kau mohon padaku untuk memaafkan, cara guraumu yang justru membuatku fall in love pada mu. Kau tahu itu Brian ?.
Beberapa hari setelah itu kita menjadi lebih dekat, mungkin akrab. Satu semesterpun  telah berlalu kita selalu bersama. Sekalipun kita bebeda jurusan tapi kita satu kampus. Jika kau ada kuliah dan aku tidak, ada aku menunggumu. Sebaliknya jika aku ada kuliah dan kau tidak, ada kau yang menungguku. Bukan begitu Brian… ? tapi kenapa sekarang kamu berubah ? .
Saat hari libur akhir pekan datang kau mengajakku jalan-jalan telusuri kota. Sekedar mentraktirku makan bakso Solo dipinggir jalan.
Sepulang kita dari jalan-jalan akhir pekan  kala itu, kau bilang kau mencintaiku dan ingin menjadi pacarku. Bagaimana aku bisa menolakmu, sedangkan aku sendiri telah jatuh cinta padamu
Rupanya hari-hari indah bersamamu kini tinggal kenangan, tiga bulan terakhir aku merasa kau telah berubah. Kau jarang menghubungiku, jarang bisa kutemui, kau selalu ada alasan untuk menghindariku. Seharusnya aku bisa menebak apa, lalu yang akan terjadi pada kisahku denganmu bahwa semuanya telah berakhir. Seharusnya aku tadi tidak usah mencarimu dan meminta penjelasan darimu, seharusnya aku bisa membaca atas semua keacuanmu yang sudah tampak jelas itu. Betapa bodohnya aku !!! “Kau memang laki-laki kurang ajar Brian. … !!!”kataku, membumbung keudara, mencacah, memekik seperti balon-balon kecil saling berkejaran dan bertubrukan. “ laki-laki sepertimu tidak pantas kucintai dan kau juga tidak pantas ada dimuka bumi ini, kenapa kau tidak pergi keneraka saja . pergilah dan jangan pernah kembali… !?!”.teriakku sekencang-kencangnya.
“tidak baik memberi sumpah serapah pada mantan kekasih sendiri. Biar bagaimanapun kau harus ingat dia pernah mengisi hatimu, pernah memberi kegembiraan untuk mu, kalau tidak banyak kegembiraan paling tidak, sedikit dari banyaknya kegembiraan yang pernah kau usung darinya.”
Kata-kata itu meluncur deras seperti desiran angin. Tampak disebelah kananku seorang laki-laki. Aku tidak mengenalnya namun kata-katanya cukup menghibur, meredam amarahku yang meletup-letup seperti gunung yang akan meletus. Aku tidak tahu siapa laki-laki ini, tiba-tiba ia datang dan membawa selembar tissue yang disodorkan untukku.
“kau masih ingin menangis lagi?” tanyanya.
“ sebetulnya aku tidak mau menghabiskan air mataku hanya karna laki-laki seperti dia. Dia pikir siapa ? Bisa menyakitiku seperti itu.”
“apakah kau mencoba untuk tidak menangis ? Menangislah sepuasmu.” katanya.
“Kenapa kau menyuruhku menangis” tanyaku.
“karna aku melihat kau masih menahan air mata itu, sekarang keluarkanlah.”
Bagaimana ia bisa tahu ? Tanyaku dalam hati. Aku memang ingin menangis, ternyata aku tidak bisa menyembunyikan air mata kesedianku dari laki-laki berwajah oriental ini. Lalu jatuhlah air mataku seperti butir-butir kristal yang berbintang-bintang.
Selesai menangis lega juga rasanya, aku merasa lebih baik. Disampingku masih tampak laki-laki berwajah oriental ini, ia sama sekali tidak memandangku, tapi aku merasa kalau dia memandangku. Laki-laki yang aneh… tatapan matanya menerawang  jauh dan penuh kekosongan. Dia diam seribu bahasa, sedangkan aku menunggu pecah sesuatu yang bisu. Kuseka air mataku dengan tissue berulang-ulang. Sembari itu kuamati laki-laki asing yang tiba-tiba muncul dan duduk disampingku.
“Kau tahu kenapa aku menyuruhmu manangis ?”tanyanya tiba-tiba. Sesuatu yang bisu itu pun kini mulai pecah.
“Kau tidak tahu.” Jawabku menggeleng. Aku ingin menjawabnya lebih banyak dari yang bisa kupaparkan tapi lidahku mendadak kaku dan gagu.
“Agar dilain hari kau tidak menangis lagi jika mengingat laki-laki yang kau cintai itu telah menyakitimu, tapi jika kau masih menangis, itu berarti kau lebih bodoh dari siapapun orang bodoh yang ada didunia ini. Kau mengerti maksudku ? .”tanyanya.
“ kau tahu masalahku ? .” balik tanyaku. Dia tidak menjawab. Dan bergegas pergi. Laki-laki itu menjelma seperti teroris bernilai positif untukku. Ia datang darimana ya ? .
Beberapa hari setelah aku bertemu dengan laki-laki diujung koridor itu aku merasa laki-laki itu selalu mengikutiku bahkan, kadang-kadang ia menelponku ditengah malam, bukannya takut, aku merasa tidak nyaman. Ia memberiku perhatian sebentuk teror yang membuatku merasa terkunci disebuah ruangan.
Telepon genggam ku berbunyi . laki-laki itu lagi!!. Apa maunya sih…? ya meskipun dalam telepon ia hanya sekedar bertanya hal-hal yang remeh temeh seperti ; “kau baik-baik saja ?” atau sekedar “ kau tidak menangiskan ? Syukurlah kalau kau tidak menangis. Aku melihat mantan pacarmu dengan perempuan itu…”tit! Ia mematikan benda yang menghadirkan suaranya, sebelum sempat aku mengeluarkan suara ku. Aku benar-benar  tidak mengerti dengan laki-laki ini, ia benar-benar telah menerorku. Jelas saja aku tidak apa-apa, aku pun tidak menangis, terang saja Brian, mantan pacarku dengan permpuan lain, makanya dia tidak menghiraukan aku, lalu memutuskan hubunganku. Sekarang aku tidak ada urusan lagi dengannya. Aku tidak ada hati dengannya. Ini adalah pertama kalinya aku patah hati, kupikir ini akan menjadi yang pertama sekaligus yang terakhir dalam hidupku. Aku tidak akan menyayangi ataupun mencintai sesosok yang disebut laki-laki. Kurasakan pertumbuhanku sebagai perempuan akan terlambat bila aku menyayangi seorang laki-laki, lalu aku disakiti lagi.
Ucapkan saja good bye to you, beres sudah. Perasaanku sederhana bukan … ? Tapi itu tadinya, sekarang perasaanku cukup rumit. Apalagi kalau bukan karna laki-laki itu. laki-laki yang kutemui diujung koridor , dan aku menamainya laki-laki peneror.
Hingga suatu pagi hari, ketika aku berangkat kuliah maklum, anak kos, jadi aku memilih jalan kaki dari kos-kosan kekampus, lumayan jauh tapi tidak apa-apa, sudah terbiasa.
“tit…”klakson sebuah mobil berbunyi, mobil itu tepat dibelakangku.
“ Kau mau ikut…?” seseorang menawarkan tumpangan untuk ku dari dalam mobil. Siapa ? pikirku .
“Naiklah …”katanya laki-laki peneror itu, aku semakin tidak nyaman dengannya, kupercepat gerak langkahku.
“Aku tadi melihat mantan pacarmu dengan perempuan itu lagi.”katanya . Ia menyetir pelan dan mengejarku.
“Biarkan saja . Sekarang Brian tidak ada urusannya dengan ku. Jadi jangan kabari aku lagi soal dia. Kampusnya sudah kelihatan, aku jalan kaki saja, kau duluan ya!”laki-laki itu pun meluncur mendahuluiku dengan mobilnya.
Beberapa hari itu aku tidak melihat laki-laki peneror itu, ia menghilang. Laki-laki yang dalam sepintas kuperhatikan memiliki mata sipit dan lehernya yang jenjang. Tubuhnya tinggi dan melengkung. Aku tidak begitu mengerti tentang laki-laki itu. Ia ada, ia tidak ada dan itu membuatku cukup bingung.
Hari ini aku akan mencari tahu. Aku melihat kesegala arah, diruang-ruang kelas, dipojok-pojok sudut kampus bermaksud mencari laki-laki peneror itu, tapi aku tidak menemukannya. Bahkan diujung koridor itu tempat, dimana pertama kali ia menemuiku.
“ssstt… apakah kau sedang mencariku ?” celetuknya tiba-tiba.
“Kau …kau ada disini.”balas ku sontak seketika. Laki-laki berwajah oriental dan memakai kaos putih lengan panjang itu tersenyum tipis . Ia menyembunyikan tubuhnya dibalik ruang yang berhadapan dengan arah jalan. Pastinya aku tidak tahu kalau dia  sedang menyandarkan punggungnya dibalik ruang laboratorium yang pintunya berada menjorok dari ruangan-ruangan yang lainnya.
“Kau membuatku kaget.” kataku mengelus dada.
Ada apa ?”tanyanya . Dia terlihat santai sambil membaca sebuah buku yang agak tebal. Ia tidak menatap muka ku,  namun  aku justru menatapnya lekat-lekat. Kemeja lengan pendek berwarna coklat muda itu cocok sekali dipakainya ia sederhan tapi elegant.
“Apakah kau melihat mantan pacarmu…?. Ia sedang dengan perempuan itu lagi” .
Paparnya tiba-tiba sebelum sempat aku pergi. Tak terpikir oleh ku, laki-laki ini mengatakan hal itu. kenapa dia begitu terobsesi dengan masalah cintaku ? Aku yang ada dalam masalah itu saja tidak memikirkannya. Kenapa laki-laki berwajah oriental ini sangat tertarik dengan Brian dan perempuan yang sekarang dipacarinya.
“Apakah ada yang salah dengan Brian atau dengan perempuan yang sekarang digandenganya ? Kenapa kau begitu memperhatikan mereka ?”  mendengar pertanyaanku laki-laki peneror ini lagi-lagi tersenyum tipis.
“Aku mencintai seorang perempuan tapi keluarga besarku menentang hubungan kami. Bagiku, tidak ada yang paling penting dari perempuan yang kucintai. Tapi ternyata aku salah mencintai. Setelah aku memilihnya dan meninggalkan orang tuaku, perempuan itu pergi meninggalkan aku, anehnya ia sekarang menggandeng pacar orang lain entah dimana mereka bertemu hingga bisa saling menyukai, padahal sebelum mereka bertemu sudah ada kita yang dulu mencintai masing-masing dari mereka.”kata laki-laki itu polos.
“ Apa maksudmu ?” tanya ku buru-buru.
“Perempuan yang sedang dengan mantan pacarmu adalah perempuan ku dulu.”
Laki-laki peneror ini tiba-tiba membuatku migren dan demam…entah mangerti apa tidak, perasaanku seperti tercabik. Pantas saja ia selalu memburu Brian. Tiap waktu mengintainya, disitu ada orang yang dicintainya. Malang sekali nasibnya.
Kudengar kabar burung laki-laki berwajah oriental itu berasal dari keluarga yang tidak kurang harta dan martabat. Ia pergi dari rumahnya yang seperti istana diatas laut itu, demi seorang perempuan, perempuan yang kini meninggalkanya dan kabur dengan laki-laki lain. Laki-laki yang dulu adalah pacarku. Perjalan cinta yang tidak masuk diakal. Kenapa bisa bertabrakan seperti ini ? ! dan kenapa perempuan itu meninggalkan laki-laki yang sudah berkorban banyak untuknya. Aku tidak tahu alasan yang pasti. Kabar burung itu tidak begitu jelas kudengar . Aku melihat laki-laki itu berjalan terus sampai di ujung koridor. Koridor ini adalah lantai terujung dan teratas di universitas ini. Bisa kau bayangkan jika kau menjatuhkan suatu benda dari atas ini sampai kebawah sana, pastinya akan hancur berkeping-keping, lalu bagaimana seandainya yang jatuh adalah jasad manusia ? Aku tidak bisa membayangkannya, mengerikan sekali ! . aku tidak pernah bertemu laki-laki itu setelah hari itu. Ia seakan menghilang. Konon, beberapa waktu lalu, ia melompat dari gedung lima di universitas ini. Menyedihkan sekali. Laki-laki itu rupanya sangat lemah, dan sulit untuk dewasa. Aku semakin takut untuk jatuh cinta lagi. Begitulah sedikit dari kisah cintaku, yang pernah membuatku bisa tersenyum dan menangis.                   
BIODATA PENGARANG

Nama               : AHMAD JAYA AFANDI
TTL                 : Lamongan, 12 Agustus 1994
Alamat                        : Banjarmadu Karanggeneng Lamongan
Sekolah           : MA.Matholi’ul Anwar
Hoby               : Membaca
Cita-cita          : Guru
     
              


















0 komentar:

Posting Komentar

 
Design by Free WordPress Themes | Bloggerized by Lasantha - Premium Blogger Themes | Affiliate Network Reviews