About

Sabtu, 29 Oktober 2011

antropologi


BAB I
PENDAHULUAN
A.    Latar Belakang
            sebagai sebuah disiplin ilmu yang mempelajari manusia, antropologi tidak dapat  lepas dari kebudayaan, selain kebudayaan membeikan kerangka pada cara berfikir bersikap dan bertingkah laku manusia, kebudayaan juga merupakan konteks di mana tatanan kehidupan yang lebih luas di bangun, perubahan-parubahan yang tidak dapat di hindari lagi dalam tatanan budaya yang notabenya terus berkembang mengikuti globalisasi zaman dan ada penyempurnaan di dalamnya, dan hal itu kemudian menimbulkan akulturasi dirialam budaya itu sendiri.
                             Proses akulturasi di Indonesia tampaknya beralir secara simpang siur, dipercepat oleh usul-usul radikal, dihambat oleh aliran kolot, tersesat dalam ideologi-ideologi, tetapi pada dasarnya dilihat arah induk yang lurus: ”the things of humanity all humanity enjoys”. Terdapatlah arus pokok yang dengan spontan menerima unsur-unsur kebudayaan internasional yang jelas menguntungkan secara positif.
            Akan tetapi pada refleksi dan dalam usaha merumuskannya kerap kali timbul reaksi, karena kategori berpikir belum mendamaikan diri dengan suasana baru atau penataran asing. Taraf-taraf akulturasi dengan kebudayaan Barat pada permulaan masih dapat diperbedakan, kemudian menjadi overlapping satu kepada yang lain sampai pluralitas, taraf, tingkat dan aliran timbul yang serentak. Kebudayaan Barat mempengaruhi masyarakat Indonesia, lapis demi lapis, makin lama makin luas lagi dalam

B.     Rumusan Masalah
1.      Apa yang di maksud akulturasi budaya
2.      Bagaimana proses terjadinya akulturasi budaya
3.      Apa dampak yang di timbulkan dari akulturasi budaya

C.    Tujuan Penulis
1.      Untuk memenuhi tugas antropologi
2.      Menamba wawasan dan pengetahuan penulis dan pembaca
3.      Agar lebih memahami akultursi budaya



BAB II
    PEMBAHASAN

A.    Pengertian dan wujud dari akultursi budaya
Akulturasi adalah fenomena yang timbul sebagai hasil jika kelompok-kelompok manusia yang mempunyai kebudayaan yang berbeda-beda bertemu dan mengadakan kontak secara langsung dan terus-menerus; yang kemudian menimbulkan perubahan dalam pola kebudayaan yang original dari salah satu kelompok atau kedua-duanya. Bisa di katakana juga adalah campuran antara dua budaya atau lebih yang kemudian menimbulkan unsure-unsur baru juga
Dari definisi di atas, maka dapat disimpulkan bahwa akulturasi sama dengan kontak budaya yaitu bertemunya dua kebudayaan yang berbeda melebur menjadi satu menghasilkan kebudayaan baru tetapi tidak menghilangkan kepribadian/sifat kebudayaan aslinya.
Seperti telah dijelaskan dalam bebrapa uraian di atas, kita dapat mengetahu dengan adanya kontak dagang antara Indonesia dengan Negara lain maka mengakibatkan adanya kontak budaya atau akulturasi yang menghasilkan bentuk-bentuk kebudayaan baru tetapi tidak melenyapkan kepribadian kebudayaan sendiri. Harus Anda pahami masuknya pengaruh asing dalam hal kebudayaan merupakan satu proses tersendiri  namun tetap didukung oleh proses perdagangan.
Hal ini berarti kebudayaan asing yang masuk ke Indonesia tidak diterima seperti apa adanya, tetapi diolah, ditelaah dan disesuaikan dengan budaya yang dimiliki penduduk Indonesia, sehingga budaya tersebut berpadu dengan kebudayaan asli Indonesia menjadi bentuk akulturasi kebudayaan Indonesia barat atau asing
Wujud akulturasi tersebut dapat Anda simak pada uraian materi unsur-unsur budaya berikut ini:


1. Bahasa
Wujud akulturasi dalam bidang bahasa, dapat dilihat dari adanya penggunaan bahasa asing yang dapat Anda temukan sampai sekarang dimana bahasa asing memperkaya perbendaharaan bahasa Indonesia. seperti halnya bahasa inggris dan bahasa arab yang tidak jarang di gunakan dalam bahasa Indonesia sendiri, hal yang seperti ini dapat di sebut sebagai pengadopsian bahasa

2.Religi/ Keagamaan
Sistem kepercayaan yang berkembang di Indonesia sebelum agama islam masuk ke Indonesia adalah kepercayaan yang berdasarkan pada Animisme dan Dinamisme.
ketika masuknya agama Hindu – Budha ke Indonesia, masyarakat Indonesia mulai menganut/mempercayai agama-agama tersebut. Agama Hindu dan Budha yang berkembang di Indonesia sudah mengalami perpaduan dengan kepercayaan animisme dan dinamisme, atau dengan kata lain mengalami Sinkritisme[1]. Untuk itu agama Hindu dan Budha yang berkembang di Indonesia, berbeda dengan agama Hindu – Budha yang dianut oleh masyarakat India dan lainya. Perbedaaan-perbedaan tersebut dapat Anda lihat dalam upacara ritual yang diadakan oleh umat Hindu atau Budha yang ada di Indonesia. Contohnya, upacara Nyepi yang dilaksanakan oleh umat Hindu Bali, upacara tersebut tidak dilaksanakan oleh umat Hindu di India. Demikianlah penjelasan tentang contoh wujud akulturasi dalam bidang religi/kepercayaan

3. Sosial Kemasyarakatan
Wujud akulturasi dalam bidang organisasi sosial kemasyarakatan dapat Anda lihat dalam organisasi politik seperti ketika sistem pemerintahan yang berkembang di Indonesia setelah masuknya pengaruh India, Dengan adanya pengaruh kebudayaan India tersebut, maka sistem pemerintahan yang berkembang di Indonesia adalah bentuk kerajaan yang diperintah oleh seorang raja secara turun temurun.[2]
Raja di Indonesia ada yang dipuja sebagai dewa atau dianggap keturunan dewa yang keramat, sehingga rakyat sangat memuja Raja tersebut, hal ini dapat dibuktikan dengan adanya raja-raja yang memerintah di Singosari seperti Kertanegara diwujudkan sebagai Bairawa dan R Wijaya Raja Majapahit diwujudkan sebagai Harhari (dewa Syiwa dan Wisnu jadi satu).
Pemerintahan Raja di Indonesia ada yang bersifat mutlak dan turun-temurun seperti di India dan ada juga yang menerapkan prinsip musyawarah. Prinsip musyawarah diterapkan terutama apabila raja tidak mempunyai putra mahkota yaitu seperti yang terjadi di kerajaan Majapahit, pada waktu pengangkatan Wikramawardana.Wujud akulturasi di samping terlihat dalam sistem pemerintahan juga terlihat dalam sistem kemasyarakatan, yaitu pembagian lapisan masyarakat berdasarkan sistem kasta.
Sistem kasta menurut kepercayaan Hindu terdiri dari kasta Brahmana (golongan Pendeta), kasta Ksatria (golongan Prajurit, Bangsawan), kasta Waisya (golongan pedagang) dan kasta Sudra (golongan rakyat jelata).
Kasta-kasta tersebut juga berlaku atau dipercayai oleh umat Hindu Indonesia tetapi tidak sama persis dengan kasta-kasta yang ada di India karena kasta India benar-benar diterapkan dalam seluruh aspek kehidupan, sedangkan di Indonesia tidak demikian, karena di Indonesia kasta hanya diterapkan untuk upacara keagamaan.
Demikianlah contoh wujud akulturasi dalam bidang organisasi sosial kemasyarakatan untuk selanjutnya kalau Anda sudah memahaminya, Anda dapat melanjutkan pada uraian materi wujud akulturasi berikutnya.

4.      ilmu Pengetahuan
Masyarakat Indonesia dari sebelum masuknya agama Hindu-Budha sebenarnya sudah memiliki budaya system pengetahuan yang cukup tinggi. Dengan masuknya pengaruh budaya Hindu-Budha di Indonesia semakin mempertinggi system pengetahuan yang sudah dimiliki bangsa Indonesia sebelumnya. Pengaruh Hindu-Budha terhadap perkembangan teknologi masyarakat Indonesia terlihat dalam bidang kemaritiman, bangunan dan pertanian.
Perkembangan kemaritiman terlihat dengan semakin banyaknya kota-kota pelabuhan, ekspedisi pelayaran dan perdagangan antar negara. Selain itu, bangsa Indonesia yang awalnya baru dapat membuat sampan sebagai alat transportasi kemudian mulai dapat membuat perahu bercadik.
Perpaduan antara pengetahuan dan teknologi dari India dengan Indonesia terlihat pula pada cara pembuatan dan pendirian bangunan candi baik candi dari agama Hindu maupun Budha.
Bangunan candi merupakan hasil karya ahli-ahli bangunan agama Hindu-Budha yang memiliki nilai budaya yang sangat tinggi. Selain itu terlihat dalam penulisan prasasti-prasastri pada batu-batu besar yang membutuhkan keahlian, pengetahuan, dan teknik penulisan yang tinggi. Pengetahuan dan perkenalan pengetahuan yang beragam dilakukan secara turun-temurun dari satu generasi ke generasi selanjutnya.
Dalam bidang pertanian, tampak dengan adanya pengelolaan sistem irigasi yang baik mulai diperkenalkan dan berkembang pada zaman masuknya Hindu-Budha di Indonesia. Tampak pada relief candi yang menggambarkan teknologi irigasi pada zaman Majapahit.

5.      Teknologi
Salah satu wujud akulturasi dari peralatan hidup dan teknologi terlihat dalam seni bangunan Candi. Seni bangunan Candi tersebut memang mengandung unsur budaya India tetapi keberadaan candi-candi di Indonesia tidak sama dengan candi-candi yang ada di India, karena candi di Indonesia hanya mengambil unsur teknologi perbuatannya melalui dasar-dasar teoritis yang tercantum dalam kitab Silpasastra yaitu sebuah kitab pegangan yang memuat berbagai petunjuk untuk melaksanakan pembuatan arca dan bangunan,
Untuk itu dilihat dari bentuk dasar maupun fungsi candi tersebut terdapat perbedaan. Bentuk dasar bangunan candi di Indonesia adalah punden berundak-undak, yang merupakan salah satu peninggalan kebudayaan Megalithikum yang berfungsi sebagai tempat pemujaan. Sedangkan fungsi bangunan candi itu sendiri di Indonesia sesuai dengan asal kata candi tersebut. Perkataan candi berasal dari kata Candika yang merupakan salah satu nama dewi Durga atau dewi maut, sehingga candi merupakan bangunan untuk memuliakan orang yang telah wafat khususnya raja-raja dan orang-orang terkemuka.
Di samping itu, dalam bahasa kawi candi berasal dari kata Cinandi artinya yang dikuburkan. Untuk itu yang dikuburkan didalam candi bukanlah mayat atau abu jenazah melainkan berbagai macam benda yang menyangkut lambang jasmaniah raja yang disimpan dalam Pripih.
Dengan demikian fungsi candi Hindu di Indonesia adalah untuk pemujaan terhadap roh nenek moyang atau dihubungkan dengan raja yang sudah meninggal. Hal ini terlihat dari adanya lambang jasmaniah raja sedangkan fungsi candi di India adalah untuk tempat pemujaan terhadap dewa, contohnya seperti candi-candi yang terdapat di kota Benares merupakan tempat pemujaan terhadap dewa Syiwa.

B.     Proses Terjadinya Akulturasi Budaya
Menrut G.M. foster yang meringkas pola proses yang biasanya terjadi bila suatu kebudayaan trekena pengaru kebudayaan asing,  dalam bukunya traditional cultures and impact of technological change  ia menyatakan bahwa[3] :
1.      Hampir semua proses akulturasi mulai dalam golongan atasan yang biasanya tinggal di kota, lalu menyebar ke golongan yang lebih rendah di daerah pedesaan. Proses yang seperti itu biasanya di mulai dari sosial ekonomi
2.      Perubahan dalam sector ekonomi hamper selalu menyebabkan perubahan  yang penting dalam asas-asas kehidupan kekerabatan.
3.      Masuknya pedagang asing pada tempo dulu yang juga kemudian membwa unsure-unsur budaya lain seperti  para pedagang berasal dari timur tengah .
4.      Adanya interaksi antar Negara berbeda di seluruh dunia yang kemudian berdampak pada bangsa sifatnya mudah menerima ketentuan Negara.
5.      Ketidak selarasan budaya yang ada dengan masyarakat penggguna, yang kemudian lebih memilih kebudayaan yang di lihatnya lebih unik dan mudah dari daerah asing.

Dari uraian atau data-data di atas siudah dapat di simpulkan bahwa terjadinya akulturasi budaya itu sendiri tidak memakan waktu yang pendek, namun membutuhkan waktu yang lama, bertahun-tahun, berabad-abad dan seterusnya, dapat di temukan juga bahwa hal yang paling berpengaruh dalam proses akulturasi budaya selain factor perekonomian, dan ada juga unsure agama yang berimplementasi pada budaya yang ada, seperti budaya arab yang ketika menyambut kedatangan seseorang yang di segani akan dinyanyikan lagu-lagu senandung yang mereka miliki, kemudian oleh para wali songo di terapkan dalam budaya-budaya di jawa dan mungkin juga suda menasional.

C.    Dampak dari Akulturasi Budaya
Dari sekian banyak wujud akulturasi yang telah di uraikan di atas sudah terlihat bahwa dampak yang dapat di peroleh ketika suatu  budaya telah terjad proses akulturasi di dalamnya, yaitu dampak baik dampak buruk yang mempengaruhi budaya itu sendiri,
Dampak baik yang di timbulkan di antaranya adalah bagi budaya aslinya akan mengalami penyempurnaan agar dapat tetap bisa lestari dan tetap ada, selain itu juga akan lebih beragam dan khususnya dalam hal bahasa, dari situlah budaya yang yang berkembang mudah di terima oleh masyarakat dan khalayak awam  dalah budaya yang bersifat multi dan elastis.
Adapu dampak buruknya adalah budaya yang beracuh pada aturan-aturan motralitas akan mengalami pengikisan dan lambat tahun pun akan hilang, seperti cara berpakaian suatu daerah yang sebelum terjadi akulturatsi masi sempat di pertahan kana tau di lestarikan, dan kemudian ketika termasuki budaya asing akan terkikis dengam sendirinya.
Namun juga masi ada dampak lain yang di sebabkan oleh akulturasi budaya itu sendiri yaitu ketikaa budaya sudah mengalami keragaman, manusia sebagai pelaku akan mengalami kerancuhan dalam memilih budaya mana yang akan di jalankan, karena tidak dari setiap orang bisa menerima perubahan budaya tersebut.
Dari situlah sudah bisa di ambil garis besarnya bahwa dampak yang di timbulkan akulturasi budaya tidak hanya mergikan saja atau menguntungkan saja, karna sebetulnya dari kedua hal tersebut dalah bagaikan satu uang logam yang mempunyai dua mata uang berbeda namun tetap satu, maksudnya adalah hal tersebut dapat di bedakan namun tidak dapat untuk di pisahkan.


BAB III
PENUTUP
A.    kesimpulan
dari sini sudah dapat disimpulkan bahwa Akulturasi adalah fenomena yang timbul sebagai hasil jika kelompok-kelompok manusia yang mempunyai kebudayaan yang berbeda-beda bertemu dan mengadakan kontak secara langsung dan terus-menerus; yang kemudian menimbulkan perubahan dalam pola kebudayaan yang original dari salah satu kelompok atau kedua-duanya. Bisa di katakana juga adalah campuran antara dua budaya atau lebih yang kemudian menimbulkan unsure-unsur baru juga
kemudian akulturasi budaya itu sendiri tidak memakan waktu yang pendek, namun membutuhkan waktu yang lama, bertahun-tahun, berabad-abad dan seterusnya, karna juga di pengaru beberapa factor yang ada.
Sedangkan dampak yang di timbulkan akulturasi budaya tidak hanya mergikan saja atau menguntungkan saja, yang juga meliputi dari sekian banyak hal, karna sebetulnya dari kedua hal tersebut dalah bagaikan satu uang logam yang mempunyai dua mata uang berbeda namun tetap satu, maksudnya adalah hal tersebut dapat di bedakan namun tidak dapat untuk di pisahkan


DAFTAR PUSTAKA

Soekmono, pengantar sejarah kebudayaan 1, Yogyakarta : kasinsus, 1973
Koentjaraningrat, sejarah teori antropologi, Jakarta : salemba 4, , 1990
Abdullah Irwan, budaya barat dalam kacamata timur, Yogyakarta : pustaka pelajar,2006


[1] Sinkritisme adalah bagian dari proses akulturasi, yang berarti perpaduan dua kepercayaan yang berbeda menjadi satu.
[2] Irwan Abdullah, budaya barat dalam kacamata timur,pustaka pelajar, Yogyakarta, 2006, hal 47
[3] Koentjaraningrat, sejarah teori antropologi, salemba 4, Jakarta, 1990, hal 101

0 komentar:

Posting Komentar

 
Design by Free WordPress Themes | Bloggerized by Lasantha - Premium Blogger Themes | Affiliate Network Reviews