About

Rabu, 29 Juni 2011

sejarahq

ISLAMISASI DIRI


Islam itu indah, Bagi saya islam adalah agama yang lebih sempurna dari pada agama agama yang lainya, islam tidak dapat di artikan cuman hanya dengan satu kata, islam dalah sebuah agama yang besifat fleksibel bagi para penggunanya, kefleksibelan islam yang juga sering di sebut dengan istilah pluralisme yang sudah tidak asing lagi untuk di gunjingkan di beberapa lapisan masyarakat tingkat bawah ataupun tingkat atas, sedikit yang saya ketahui tentang islam sampai pada menit ini, karena dari saya sendiri sampai sekarangpun masi proses dalam pencarian jati diri ataupun dari islam yang ada pada diri saya tersebut.

Berbicara tentang islam yang ada pada diri saya adalah suatu hal yang cukup rumit, mungkin karena dari kecil saya adalah penganut islam namun saya sendiri sampai sekarang masih belum memahami dengan sesungguhnya esensi-esensi yang terdapat dalam agama islam sendiri, kadang keragu-raguanpun terjumpai dalam crita hidup perjalanan ketika sedang menjalankan syaria’ah islam itu sendiri.
Agung riansyah adalah nama lengkap saya, lamongan 20 mei 1991 adalah tempat tanggal lahir saya, Meskipun nama saya yang bukan dari bahasa arab ataupun mempunyai makna keislaman tetapi juga tidak dapat di pungkiri dari kecil sayapun sudah di kenalkan dengan islam, seperti bagaimana cara bershalat dengan benar, bagaimana cara bertoleransi berdasarkan cara agama islam, karena dari pendidikanpun sudah berlatar belakang islam, dan mungkin hal yang paling berperan dalam islamisasi dari saya sendiri adalah tertumpu pada pendidikan tersebut, dan mungkin dapat lebih tersistematis sebagi berikut:
Alumnus MI Al-Mukhlisin
MI atau yang sering di artiakan madrasa ibtida’iyah adalah sebuah sekolah dasar yang berlebelkan islam, meskipun sekolah ini berdiri cukup lama namun tetap saja kedaan infrastrukturnya tidak cukup bagus, mungkin Karena bertempat pada pedesaan plosok yang ada pada salah satu desa di Lamongan yang juga kurang di perhatikan oleh instansi atau pemerintah kota, madrasa ini telah meluluskan banyak sekali alumni-alumni yang sekarang ini telah menyebar di berbagai tempat.
Dari sisi guru atau pengajarpun semua beragama islam yang juga tidak jarang di sebut sebagai tokoh masyarakat di desa asal masing-masing, dari situlah saya mendapatkan ilmu-ilmu tentang keislaman, tiap hari saya di hadapkan dengan kitab kitab agama seprti halnya fiqih, aqida dan akhlaq, hadist dan lain-lain. Dari sini pula saya belajar tentang islam-islam yang bersifat mendasar, karena lingkungan juga sangat mendukunng mau tidak mau harus saya terima sebagai rahmat telah di kenalkan islam sejak kecil.
Alumnus Mts Assa’adah Bungah Gresik
Kemudian sekitar umur sebelas tahun saya lulus dari madrasa ibtida’iyah lamongan. Yang tersambung di madrasa tsanawiyah di kota gresik, di tambah lagi kala itu mulai mengenal apa itu pondok pesantren, di lingkungan baru inilah lebih banyak lagi saya mendapatkan ilmu ke islaman, dulu yang Cuma sekedar di perkenalkan dengan tampilan rukun dan kewajiban dalam agama islam, sekarang sudah berbeda dari pengertian tersebut sudah dapat di reaisasikan dalam lingkungan sehari-hari sebagai pengaplikasian ilmu itu sendiri.
Dalam proses kegiatan belajarpun sudah terancang dengan rapi. Maksudnya yaitu sekolah sendiri pun bersifat otoriter terhadap siwanya, kalau islam mengajarakan bahwa laki-laki dan perempuan yang bukan mukhrim tidak boleh berhubungan secara khusus, begitu pula dengan system sekolah yang merealisasikan hukum-hukum islam tesebut, semisal dengan memisah sekolah cewek dan sekolah cowok. Mungkin beberapa hal tesebut yang paling saya rasakan dalam sebuah pengaplikasian untuk mewujudkan bagaimana murid dapat mengerti islam yang sesungguhnya.
Dari hal tersebut banyak pula muncul cerita-cerita unik tentang ke islaman, karena tiap hari berada dalam lingkungan islami, seseorang pun tidak dapat mengerti bagaimana dan apa yang terjadi di luar sana yang bukan islami, kadang tidak jarang pula saya ingin keluar dan mengetahui apa yang ada di luar lingkungan pondok pesantren, namun factor umur yang dapat di bilang masih kecil, akhirnya keinginan tersebut cuman ada sebagia angan-angan belaka. Takut di ta’dzir sama pak yai kata salah seorang teman saya yang kemmudian di anut bagi kebanyakan santri-santri yang masih kecil seperti saya dulu.
Sekolahan Mts ini juga telah meluluskan banyak siswa yang juga bukan dari kalangan pesantren, karena mungkin tempat yang strategis, banyak dari penduduk desa sekitar juga menyekolahkan anak-anak mereka di sana. Karena juga kebanyakan dari penduduk sekitar telah mengenal dan faham betul bagaimana sekolah tersebut di jalankan, karena dari sisi pengasu sekolah juga telah masyur di kalangan tersebut.
Meskipun pengalaman tentang masa tersebut ini kuarang ada gejolak serius atau dapat di katakana datar-datar saja, banyak pengalaman dan pemahaman yang saya peroleh dari semua itu, bagai mana keadaan lingkungan yang selama tiga tahun tidak berhubungan dengan lain jenis dan kebanyakan hari-hari di isi dengan kegiatan yang bersifat islami di pondok pesantren.


Alumnus MA Assa’adah Bungah Gresik.
Enam tahun saya di pondok yang bernama Qomarudin, berlanjut ke madrasah aliyah yang masih tetap satu lingkungan dengan Mts Assa’adah,namun sudah banyak perbedaan-perbadaan yang ada, semisal meskipum masi tetap dalam lingkungan pesantren yang sama namun lingkup pendidikan cukup berbeda, kalu kurang lebih tiga tahun silam saya tak mengenal apa itu yang di sebut wanita atau sejenisnya itu semua, kini mulai terjamah keaslianya, maksudnya mulai dari tingkat SLTA ini tiap hari saya sudah bertemu dan mulai ada hubungan meskipun sebatas partner sekolah.
Dari segi keilmuan pun mulai berbobot dan tidak mudah untuk di fahami secara leterlek. Karena ilmu yang di pelajari pun mulai menjuurus pada spesialis siswa. Di tambah dengan gejolak anak atau orang yang bisa di bilang masa puber. Semua itu berimbas pada perilaku yang sedikit tidak terkontrol. Ketika dulu cuman berangan-angan untuk dapat mengetahui keadaan luar pesantren, kini angan-angan tersebut bukan sekedar hayalan belaka. Seiring dengan berkembangnya usia, pemikiran dan andrenalin untuk ingin mengetahui yang lebih juga makin bertambah besar.
Masa 17+ pun terlewatkan pada masa ini, banyak sekali problem yang muncul dari internal atau dari external. Dari kenakalan yang terealisasikan pada masa itu, kadang saya berfikir hidup ini cukup menantang dan indah namun ketika akibat sudah di rasakan atas apapun perbuatan yang telah di lakukan kini hidup juga berganti menjadi kemonotonan. Yang mengasilkan hukum timbal balik atas semua hal.
Sedikit demi sedikit saya mulai menatap masadepan dan mulai ada pertanyaan dalam diri saya apakah ini semua benar? Yang kemudian dengan sadar juga tesangkut pada hal yang paling sentral dalam hidup ini yaitu kepercayaan atau agama. Bagaimana dengan agama saya? benar atau tidaknya saya mulai mencari makna sesungguhnya tentang itu semua, namun dari pemikiran tersebut juga tidak meninggalkan kegiatan islami yang selama ini rutin saya kerjakan, namun kadang berat terasa untuk menyeimbangkan semuanya.
Setiap orang pasti mempunyai masalah yang di permasalahkan, yang kemudian ketika jalan atau cara penyelesaianya tidak di temukan atau salah penerapan yang berimbas pada munculnya sebuah kegagalan. Kadang juga rasa kegagalan tersebut membuat saya menjadi malas untuk melakukan semua hal, atau sekedar mengulanginya, namun tidak jarang dari beberapa guru yang mengajar saya juga ikut andil untuk membantu permasalhan yang sedang saya hadapi dan berakhir begitu saja, sampai seperti skrang ini.


Santri Mahasiswa Pondok Pesantre Al-Jihad Surabaya
Mahasiswa itu sebutan saya sekarang, sombong atau tidak yang Nampak pada keseharian seorang mahsiswa pada umumnya, yang pasti permasalahan dan pengalaman pun semakin bertambah, di surabaya inilah saya mulai mengenal beberapa organisasi yang juga menurut saya sangat berpengaruh dalam keislaman saya, kemudian dari keilmuan juga sedikit bertambah dari organisasi-organisasi tesebut. Yang juga mempunyai prinsip dasar sebuah organisasi.
Karena masa ini adalah masa dimana seseorang mulai merealisasikan betul apa yang telah di peroleh dalam masa dahulunya, namun kebanyakan pemikiran yang lebih logis untuk melakukan apa yang perlu di realisasikan atau tidak, dalam hal apapun itu termasuk juga keyakinan individu atau sosialnya.
Beban sebagai seorang lelaki yang masadepanya harus mengayomi keluarganya juga termasuk problem yang mungkin sangat mendasar untuk di fikirkan, maksudnya dari situ pula masalah-maslah agama yang lainpun sering di kesampingkan untuk lebih di kaji secara mendalam lagi, intinya apapun yang saya dapat dari keilmuan agama dulu tinggal sekarang bagai mana menggodoknya lagi, mana yang benar dan mana yang salah, mana yang harus lebih dulu di lakuakan dan mana yang ditinggal.
Dari lingkungan kampus sendir juga tidak mengubah kepribadian yang sudah kangen di pesantren, jadi mekipun saya sudah kuliah di kota surabya saya juga masi melatar belakangi lingkungan atau tempat tinggal saya dengan kegiatan-kegitan pesantren lagi.
Namun sedikit berbeda antara pesantren yang berpenghuni pada umumnya siswa SLTA sederajat dengan Mahasiswa yang otomatis setingkat lebih atas, dan hal tersebut yang terdampak banyak pada perilaku dan komunikasi yang ada, dapat di rasakan yang sekarng ini yang sedewasa ini berlaku lebih mandiri da lebih bersifat individualis.
Dan berikut tadi adalah cerita singkat atau penjelasan tentang pendidikan yang sangat berpengaruh dalam misi silamisasi saya sendiri selam ini dan samapai sekarng ini, namun juga tidak dapat di tepis bahwa setiap apaun yang saya peroleh semuanya yang bersumber pada pendidikan ataupun tidak adalah proses dari apa yang saya dapat sekarang ini, terutama dalam hal kepercayaan yaitu agama islam iatu sendiri, dan semoga pengalaman atau tulisan saya berikut bermanfaat bagi semuanya terutama pembaca dan penulis. Terima kasih

0 komentar:

Posting Komentar

 
Design by Free WordPress Themes | Bloggerized by Lasantha - Premium Blogger Themes | Affiliate Network Reviews